Wednesday 19 August 2015

Sekolah ikatan dinas

Sekolah tinggi perikanan Tahun ajaran baru telah dimulai. Ribuan anak di segenap penjuru nusantara pada waktu yang kurang lebih bersamaan baru saja menyandang status sebagai siswa baru di berbagai jenjang pendidikan. Segera sesudah menyandang status sebagai siswa baru, dimulailah proses pembelajaran yang membutuhkan banyak biaya, energi, waktu, dan pemikiran. Proses yang harus dijalani http://concordprime.com/tricks-that-you-can-apply-in-homeschooling seringkali tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tidak hanya para siswa baru sendiri yang energi dan waktunya terkuras saat menjadi siswa baru. Banyak orangtua siswa baru pun yang kemudian juga ikut menjadi sibuk membantu anak-anaknya melakukan berbagai persiapan di sekolahnya yang baru. Kesibukan orangtua dalam membantu anaknya sebagai siswa baru dapat


menjadi salah satu indikator kepedulian para orangtua terhadap pendidikan anak-anaknya. Hal ini dapat dimengerti karena bagi orangtua, salah satu fokus utama dalam konteks tugas sebagai orangtua adalah menjamin anak-anaknya mendapatkan sekolah yang baik. Pertanyaannya adalah seperti apakah sekolah yang baik? Apakah sekolah yang baik dapat dilihat dari gedungnya yang besar? Apakah sekolah yang baik dapat dilihat dari biayanya yang semakin mahal? Sekolah yang baik semestinya adalah sekolah yang dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran para siswanya. Lalu bagaimanakah indikator dari keberhasilan proses belajar? Apakah keberhasilan proses belajar dapat dilihat dari tingginya ranking akademis anak? Apakah keberhasilan proses belajar dapat disimpulkan dari


semakin cepatnya anak menyelesaikan masa sekolahnya? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita perlu bertanya mengenai apakah belajar itu. UNESCO mengagas empat pilar pembelajaran yakni learn to know, learn to do, learn to be, dan learn to live together (Marinova & McGrath, 2004). Apa yang disampaikan UNESCO sebagai suatu pilar pembelajaran tampaknya cukup lengkap. UNESCO berusaha mengembangkan aspek kehidupan dalam diri anak didik secara keseluruhan. Anak tidak hanya dididik menjadi individu yang memiliki pengetahuan dan kecakapan namun juga menjadi individu yang memiliki identitas dan konsep diri yang kokoh. Pada akhirnya proses pembelajaran semestinya dapat menjadikan individu memiliki kemampuan untuk hidup bersama orang


lain dan menjadi bagian dari suatu masyarakat. Sayangnya, tidak semua sekolah menyadari pentingnya mendorong pembelajaran anak didiknya dalam semua aspek belajar seperti yang di gagas oleh UNESCO. Banyak sekolah sebenarnya sudah memaparkan berbagai aspek belajar yang perlu dipelajari secara utuh oleh anak didiknya. Akan tetapi, ternyata banyak yang hanya berhenti pada paparan berupa promosi, dokumen, jargon, dan pengumuman. Pada pelaksanaannya, hanya sebagian aspek saja yang diperhatikan dan menjadi fokus dengan menginggalkan aspek lainnya. Padahal jika hanya mengolah aspek tertentu dalam pembelajaran, anak akan tumbuh baik di satu sisi namun menjadi lemah di sisi lain. Yang sekarang ini cukup memperihatinkan adalah


munculnya individu-individu yang pandai dan cakap namun ternyata tidak mempunyai http://www.coloradocrowd.com/beauty-tips-and-secrets-you-dont-want-to-miss/ kemampuan yang baik dalam kehidupan sosial dan bahkan menjadi benalu yang menggerogoti kehidupan bersama dalam masyarakat misalnya dengan melakukan plagiasi dan korupsi.



Sekolah ikatan dinas

No comments:

Post a Comment