Wednesday 12 August 2015

Potret perjuangan mahasiswa

Potret perjuangan “Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah! keadaan genting! Tetapi saya peringatkan sekali lagi, jangan mulai menembak, baru kalau kita ditembak maka kita akan ganti menyerang mereka itu, kita tunjukkan bahwa kita ini benar-benar orang yang ingin merdeka…” begitulah petikan pidato Bung Tomo menghadapi ultimatum sekutu yang ingin membumihanguskan Surabaya. Petikan pidato http://www.stephanie-land.com/home-remedies-for-athletes-feet/ ini masih terdengar lantang di salah satu sudut Museum 10 Nopember. Setelah proklamasi kemerdekaan yang dibacakan oleh Sukarno dan Hatta, Indonesia tak lantas langsung bisa menikmati buah kemerdekaan. Pasalnya beberapa daerah masih bergejolak lantaran masih dikangkangi penjajah. Di Surabaya misalnya, setelah Brigadir Jenderal Mallaby tertembak dalam peristiwa berdarah di jembatan


merah, pihak sekutu mengirim ultimatum yang berimbas pada pecahnya pertempuran 10 Nopember di Surabaya. Sebagai wadah untuk mengenang keberanian arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia membangun monumen bernama Tugu Pahlawan. Tugu Pahlawan dibangun di tengah Kota Surabaya, tepatnya di Jalan Pahlawan yang bersebelahan langsung dengan kantor Gubernur Jawa Timur. Berdiri di atas lahan seluas 1,3 hektar, Tugu Pahlawan dilengkapi dengan museum yang menyimpan benda-benda dan berbagai hal mengenai peristiwa 10 Nopember di Surabaya. Saat Tim Liputan6.com berkunjung ke http://dptschools.com/2015/08/home-remedies-for-anal-fissures/ lokasi museum, yang ditulis pada Selasa (11/8/2015), data pengelola museum menunjukkan, pembangunan Museum 10 Nopember adalah untuk memperkuat kedudukan Tugu


Pahlawan sebagai salah satu situs penting



Potret perjuangan mahasiswa

No comments:

Post a Comment