Wednesday 19 August 2015

Bercermin di malam jumat kliwon

Bercermin diri Kasus Angeline telah mengejutkan banyak orang. Bocah kecil yang tewas secara menyedihkan ini. Meskipun belum ditemukan bukti yang memadai, ada dugaan bahwa pelakunya justru adalah orang-orang dekatnya (Ayuningtyas, n.d.). Jika dugaan ini memang benar, sungguh merupakan sesuatu yang ironis. Orang-orang dekat yang semestinya merawat dan melindungi anak justru malah menjadi http://marinapedrena.com/in-order-to-find-the-best-college-tips-and-tricks-check-us-out/ pelaku tindak pengabaian dan kekerasan pada anak. Meskipun merupakan sesutu yang ironis, yang lebih memprihatinkan adalah bahwa kasus kekerasan pada anak bagaikan fenomena gunung es. Kasus-kasus kekerasan pada anak terjadi di hampir semua area kehidupannya. Mulai dari area rumah dan keluarga, sekolah, hingga area kehidupan masyarakat secara umum. Saat anak


mengalami kekerasan, akan timbul berbagai dampak negatif dalam kehidupannya. Mulai dari stres, trauma, penurunan prestasi, penderitaan fisik, hingga kematian. Kekerasan pada anak memang menjadi lebih mudah terjadi karena posisi anak yang relatif lemah. Posisi ini mengakibatkan anak sering tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk membela diri atau untuk meminta bantuan dari orang lain di sekitarnya saat dia mengalami kekerasan. Akibatnya, kekerasan bisa dialami oleh anak dalam waktu yang lama tanpa ada orang lain seperti tetangga, guru, bahkan orang-orang di dekat di keluarganya yang mengetahuinya. Jika kita lihat lebih jauh, ada beberapa hal yang sebenarnya berpotensi mendorong terjadinya pengabaian dan kekerasan


pada anak dalam kehidupan sehari-hari: Pengasuhan yang tidak berpusat pada anak Pengasuhan anak dalam keluarga semestinya berfokus pada anak. Tujuannya adalah optimalisasi tumbuh kembang anak. Akan tetapi, seringkali ditemukan bahwa pengasuhan pada anak bukan berfokus pada kepentingan anak. Orangtua atau orang dewasa lain secara sadar atau tidak sadar dalam pengasuhan anak seringkali lebih berpusat pada kepentingannya sendiri. Anak hanya menjadi sarana tercapainya kepentingan orangtua dan orang dewasa di rumah. Anak yang digunakan untuk menaikkan status ekonomi dan sosial dalam keluarga sehingga merampas haknya untuk mendapatkan waktu bermain dan belajar merupakan contoh pengasuhan yang tidak berpusat pada anak. Anak yang dipaksa


mempelajari sesuatu yang belum waktunya apalagi dalam jumlah yang banyak dengan target capaian yang tidak memperhatikan bakat anak juga merupakan contoh pengasuhan yang tidak berpusat pada anak. Pengasuhan yang tidak berpusat pada anak rentan dengan pengabaian dan kekerasan. Hal ini karena anak hanyalah alat belaka yang digunakan orangtua untuk mencapai kepentingannya. Oleh karenanya, perlakuan pada anak sangat tergantung pada bisa tidaknya sang anak memenuhi tujuan orangtua. Kegagalan anak memenuhi keinginan orangtua sangat sering berujungan pada tindakan negatif dari orangtuanya. Contoh kasus yang abru saja terjadi adalah seorang http://juniorbestfilmever.com/index.php/2015/08/19/need-college-advice-then-this-piece-is-for-you/ anak yang pergi dari rumha karena disiksa oleh orangtuanya akibat nilai rapor yang


buruk (“Disiksa Orangtua karena Rapor Jelek



Bercermin di malam jumat kliwon

No comments:

Post a Comment