Tuesday 26 May 2015

Arsitektur Kota Harus Berlandaskan Service Office di Jakarta Selatan

Arsitektur Kota Harus Berlandaskan Service Office di Jakarta Selatan Arsitektur adalah salah satu identitas kota yg membedakan wajah satu kota dgn kota lainnya. Karna itu dalam merancang karya arsitek sebaiknya berlandas pada local wisdom, bukan berkiblat pada budaya asing yang nilai-nilai serta sejarahnya gak ada tautan dengan kondisi lokal. Semangat ini hrs diterapkan terutama di kota-kota budaya yg banyak service office di jakarta selatan menyimpan peninggalan (heritage) dan bangunan cagar budaya seperti Yogyakarta. “Sekarang di Yogyakarta mulai banyak bangunan yg dikembangkan dgn gaya arsitektur barat, ini memprihatinkan,” ujar Arief Heru Swasono, Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Cabang Yogyakarta, Senin (25/5). Menurut Arief, gaya arsitektur sebuah kota seharusnya mengikuti tipologi yg berlandaskan kekhasan daerahnya. Untuk


Yogyakarta ada lima tipologi, yaitu klasik, tradisional, candi, kolonial, & indies. Pembangunan di Yogyakarta yg ngga mencerminkan heritage city tersebut telah berlangsung sekitar tiga tahun belakangan. Arief menyebut pembangunan di kota pendidikan ini telah masuk kategori merusak heritage. Landasan utk mengembangkan dan mempertahankan heritage city telah ada, yaitu Pergub No. 40/2014. Pergub tersebut mengatur tentang arsitektur yg mesti dijadikan patokan dlm pembangunan Yogyakarta ke depan. “Dalam Pergub itu sudah diatur di mana saja yang wajib menerapkan lima tipologi untuk dibangun sebuah sewa virtual office di jakarta gedung, jg aturan zona-zona yang mesti tetap dipertahankan. Ane harap penyedia jasa arsitektur dapat menaati aturan ini, jangan cuma


menuruti permintaan klien,” tandasnya.



Arsitektur Kota Harus Berlandaskan Service Office di Jakarta Selatan

No comments:

Post a Comment