Thursday 5 March 2015

Bisnis Jaket dan Tas Kulit Makin Menggiurkan

Bisnis Jaket dan Tas Kulit Makin Menggiurkan Walau biaya bahan bakunya amat tinggi, bisnis jaket dan tas kulit menghasilkan keuntungan yg menggiurkan. Dua penjahit duduk berhadapan di sebuah ruangan berukuran 3×3 meter. Mereka tampak tekun melakukan belasan rompi berwarna hitam dari kulit domba. Dalam waktu beberapa hari, rompi-rompi tersebut harus sudah jadi dan dikirim ke sebuah kelompok Merawat jaket kulit penggemar motor besar. Setelah itu, pesanan jaket selanjutnya sudah menunggu utk digarap. Begitulah keseharian para pegawai di kios jaket kulit milik Bob Souvvan di bilangan Cirendeu, Tangerang Selatan. Ketika ditemui di tokonya, Bob mengaku bisnisnya memang berjalan pesat. Pesanan jaket kulit dari sejumlah BUMN & individu mengalir deras. Omzetnya pun


bisa mencapai ratusan juta rupiah. “Rata-rata omzet saya Rp 250 juta per bulan. Pada Desember 2014 lalu, lantaran pesanan tumplek blek, omzet gw mencapai Rp 1,5 miliar,” kata Bob kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan. Kiprah Bob berawal dari modal Rp 25 juta pada 2007. Uang tersebut berasal dari hasil pinjaman karna gajinya sebagai supir ketika tersebut cuma Rp 800.000. Oleh Bob, modal Rp 25 juta ngga semua dihabiskan untuk investasi bisnis. “Waktu tersebut sebagian besar dana habis utk kontrakan di kawasan Jatiwaringin, sebesar Rp 13 juta. Sisanya, Rp 12 juta utk membeli jaket. Untuk jaket kulit, uang senilai tersebut


sangat sedikit sekali. Namun, karena modal kepercayaan, teman-teman di Garut membolehkan barang-barangnya dibawa dulu dgn memberikan syarat pembayaran tiga bulan ke depan,” kata Bob. Dalam menciptakan produk-produknya, Bob senantiasa mengutamakan bahan baku dari tanah kelahirannya, Garut. Menurutnya, kulit domba Garut amat berkualitas. Produk jadinya pun tidak kalah dengan produk luar negeri. “Kalau bicara jaket kulit, bahan baku kulit domba Garut sangat prima. Dan penjahit Indonesia umumnya punya kemampuan yang abdi pikir dpt menandingi penjahit negara-negara penghasil jaket terbaik,” ujar Bob. Dibandingkan jaket kulit dari Turki, misalnya, menurutnya kualitas jaket kulit asal Indonesia sangat bersaing. Keunggulan kualitas kerajinan kulit Indonesia diamini


oleh Ardi Lada. Ardi adalah penerus bisnis tas kulit merk Wrekso di Yogyakarta. Produk-produknya banyak diekspor ke luar negeri, dan diincar oleh turis asing. Kiat bisnis Ardi ialah justru tdk mencoba mengikuti tren mode. “Tas-tas yang kami buat kan modenya ngga biasa. Namun, tas-tas itu laris dibeli turis-turis yang berkunjung ke warung kita di Jalan Sosrowijayan, Yogyakarta. Setiap turis, entah tersebut dari Jepang, Eropa, & Indonesia, punya selera tertentu. Jadi, menurut saya, setiap tas yg kami produksi ada jodohnya,” kata Ardi. Kekhasan produk tas kulit Wrekso diakui Ardi memikat konsumen. Namun, utk mempertahankan konsistensi kualitas menjadi tantangan tersendiri. “Saya memakai


kulit hasil usaha kecil serta menengah, bukan hasil pabrik. Kalau hasil pabrik, hari ini kami memesan kulit dengan kualitas tertentu, besok kita pesan kualitasnya sama. Sedangkan kalau kulit hasil UKM, hari ini aku pesan kulit cokelat, besok ane pesan kulit seperti itu cokelatnya blm tentu sama,” ucap Ardi. Solusinya, menurutnya, adalah telaten mengerjakan supervisi mengingat bisnisnya berpusat pada kerajinan tangan, bukan produksi massal. Ketelatenan itu kini berbuah manis. Ardi mengaku tas Wrekso yang mulai ditanganinya sejak 2012 tersebut sudah menghasilkan omzet Rp40 juta hingga Rp80 juta setiap bulan



Bisnis Jaket dan Tas Kulit Makin Menggiurkan

No comments:

Post a Comment